Cari Blog Ini

Minggu, 25 Juli 2010

Tahun Syamsiyah Dan Qamariyah: Pemufakatan Dan Penyambutannya


Dan mereka tinggal dalam gua mereka selama tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi).QS al-Kahfi: 25

Salah satu ayat al-qur’an yang menakjubkan, pelopor konversi astronomik antara dua macam kalender yang paling banyak digunakan oleh umat manusia.

Dr. Quraisy Shihab mengkategorikan ayat ini sebagai mukjizat ilmiah dari al-Qur'an.  Karena secara akurat telah melakukan pemufakatan kalender Syamsiyah-qomariyah sebelum dikenalnya ilmu falak di Arab, bahkan Rasul yang membawanya adalah seorang yang buta huruf. Dalam hitungan falak, bila tiga ratus tahun Syamsiyah dikonversi ke dalam qamariyah, maka akan terjadi selisih sembilan tahun (300 dan 309). Tahun syamsiyah berjumlah 366 hari sedang qamariyah 355. Terjadi selisih 11 hari. 300 dikalikan 11 menjadi 3300 (9 tahun).

Pilihan terhadap tahun qamariyah banyak ditegaskan dalam hadits, diataranya adalah: Rasulullah SAW bersabda: Berpuasalah kalian karena melihat bulan dan jangan berpuasa (berhari raya) karena melihat bulan. Apabila kalian terhalang oleh awan, maka sempurnakan jumlah bulan Sya'ban menjadi tiga puluh hari (HR. Bukhori).

Jelas sekali dalam hadits ini, Rasulullah SAW menetapkan dasar kalender Islam pada peredaran bulan qamariyah. Dan, Islam bukan yang pertama kali menggunakan peredaran bulan dalam sistem penanggalan. Muhammad Ridha dalam al-Faruq Umar ibn al-Khatthab mencatat bahwa sistem kalender yang digunakan Arab kuna hanyalah qamariyah. Namun, pada masa-masa menjelang diutusnya Rasulullah SAW mereka menggunakan dua kalender syamsiyah-qamariyah sekaligus. qamariyah digunakan sebagai kalender keagamaan, sedangkan syamsiyah untuk urusan politik dan lain sebagainya.

Memang benar kalau ada anggapan adanya masalah yang ada dalam kalender syamsiyah, tapi masalah itu lahir setelah kalender itu ada. Permasalahan ini bermula dari kebijakan Julius Caesar setelah dinobatkan sebagai kaisar Roma, dia memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak abad ke-7 SM. Dalam mendesain kalender baru ini, Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes, ahli astronomi dari Aleksandria, yang menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat dengan mengikuti revolusi matahari, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Mesir. Karena tujuan awal dari pembuatan kalender ini adalah menentukan jadual kebaktian gereja-gereja Katolik dan Protestan. Termasuk untuk menentukan perayaan Paskah di seluruh dunia, maka kemungkinan besar dalam rekayasa pastilah sangat rawan. Karena kalender yang menyesuaikan keinginan mereka, bukan ilmu yang menetapkan kebenarannya seperti pada awal lahirnya syamsiyah itu sendiri.

Beralih dari sejarah tahun keduanya menuju perayaan penyambutan tahun baru yang pada tahun ini hampir bersamaan. Yang perlu kita garis bawahi adalah bahwasanya tahun baru baik syamsiyah maupun qamariyah hanyalah sebuah wadah, mau ditambah agar menjadi setiap hari berkumpul juga tidak ada masalah, mau setiap hari merayakan hari juga monggo, karena hari itu hanyalah sebuah wadah, masalah pengisian dengan tanggapan baik atau buruk maka itu sudah kembali pada individu masing-masing. Jadi, bidang garap yang ada adalah bagaimana mengajak saudara-saudara kita dalam memaknai tahun baru baik syamsiyah maupun qamariyah yang lebih manfaat dan beralih ke yang lebih baik.

Kalau biasanya hanya pesta kembang api, maka mari ditambah didalamnya sebuah refleksi renungan bersama menuju hari esok agar lebih terang, kalau penyambutan biasanya hanya foya-foya, sekarang silahkan ditambah dengan refleksi bersyukur bersama dalam keramaian yang ada. Tidak harus dihilangkan acara kumpul dalam tahun baru itu, acara kumpul hanyalah sebuah wadah yang tidak harus dihilangkan dan ditiadakan, tapi isinya jika tak berkenan dengan ajaran agama, mari diganti dengan yang lebih bermanfaat dalam menuju ridho-Nya. Selamat berhijrah dalam tahun baru!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar