Cari Blog Ini

Kamis, 25 Maret 2010

MAHASISWA MA'HAD 'ALY HARUS KELUAR DARI PONDOK

MAHASISWA MA'HAD 'ALY HARUS KELUAR DARI AREA PONDOK
sebuah keterlambatan sebenarnya jika membahas masalah ini, akan tetapi tidak salah juga untuk dipertimbangkan lagi, karena belum ada tindakan pasti dari kesenjangan yang terjadi di dalam pondok.
kesenjangan yang dimaksud adalah sebuah kecemburuan yang dianggap ketiadaan...nya di dalam lingkungan tersebut, padahal sebenarnya mempunyai pengaruh yang sangat besar jika dibiarkan mengalir begitu saja.
kecemburuan yang terlahir dari sebuah tindakan pelanggaran peraturan, antara siswa yang ada dalam pondok dengan mahasiswa. dimana perlakuan pengurus siswa tidaklah bisa mengoptimalkan tugasnya jika hal ini masih berlangsung. karena perbedaan tindakan pengurus pada penghuni pondok.
kita ambil contoh misalnya, untuk mempermudah pengerucutan masalah, yakni masalah hp, para santri yang belajar dipondok, secara tegas dilarang menggunakan hp dan tindakan pengurus terhadap pelanggar adalah dengan melelang hp, atau minimal menyitanya. hal ini memang bagus sebenarnya, akan tetapi tidak lah bisa optimal, karena disisi lain mahasiswa yang juga hidup di satu lingkungan dengan siswa bebas menggunakan tanpa adanya tindakan tegas terhadap mahasiswa atau batasan-batasan dari sebuah kesapakatan, ntah kenapa. sehingga pelarangan yang ditekankan pada siswa tidaklah berimbas pada kekapokan. dalam artian, keinginan atau hasrat ingin menggunakan hp lebih besar yang tertanam dalam benaknya dari pada hukuman yang diberikan pengurus itu sendiri. sehingga pelanggaran besar-besaran tetap terjadi diantara mereka.
atau ambil contoh keluar masuk pondok, sholat, dll. tindakan terhadap siswa bisa dikatakan tegas, akan tetapi permasalahannya adalah pelanggar masih tetap banyak. kenapa? karena memang ada semacam perbedaan tindakan terhadap sebuah pelanggaran peraturan. walaupun memang mahasiswa juga ada peraturan yang mereka dirikan, akan tetapi kontroling dari mahasiswa tidaklah optimal, karena dalam rumusan pondok yang tak tertulis (yang tertanam) masih tertanam bibit penghormatan kepada yang lebih tua. dalam artian, dimahasiswa tidaklah ada orang yang dituakan atau minimal yang disegani untuk menghidupkan peraturan yang ada, sehingga adanya peraturan yang ada di dalam tubuh mahasiswa sama dengan ketiadaannya.
dari sini, penulis mempunyai 2 tawaran yang mungkin bisa jadi pertimbangan tersendiri. yang pertama, adanya dialog antara pengurus dengan mahasiswa dan mensosialisasikan kepada para santri, sehingga jika terjadi pelanggaran, walaupun ada perbedaan peraturan, masing-masing tetap bisa menjadi agent penegak/kontroling tanpa harus membeiarkan masalah berlarut-larut.
yang kedua, mahasiswa harus keluar dari pondok, karena keperluan mahasiswa pada pondok tidaklah seperti siswa yang ada di pondok dalam realitanya. walaupun sebenarnya diharapkan dari mereka menjadi uswah, akan tetapi yang terjadi tidaklah demikian. bahkan menjadi virus perusak pondok.
adapun yang mengaji dari mereka, itupun pada waktu tertentu, selebihnya seperti yang kita ketahui. bukan berarti yang keluar dari area pondok tidak diperbolehkan ikut mengaji, boleh, tapi pada waktu mengaji itu aja datangnya.
hal yang terpaparkan diatas, tidak lain hanya keprihatinan penulis terhadap realita yang terjadi, demi keberhasilan adik-adik kita, mahasiswa harus rela untuk tinggal diluar pondok, atau memang harus komitmen dalam perbaikan diri untuk menjadi uswah seperti harapan pengurus pondok.