Cari Blog Ini

Kamis, 15 Desember 2011

BELAJAR FI’IL MUDLORI’ PADA MBAH KIAI IRFAN (1)

Secara garis besar fi’il yang kita ketahui dibagi menjadi tiga: pertama, fi’il madli; kedua fi’il mudlori’; dan ketiga fi’il amr. Yang pertama bermakna masa lampau “madli”, jelas. Disini singkronisasi dengan tasawuf cuman dua, yakni kebaikan dan keburukan. Dua itulah dari masa lampau itu, dan tidak lebih atau keluar dari itu.

Yang ketiga juga jelas, bermakna perintah “amr”. Ini juga tidak keluar dari dua area yakni perintah untuk melaksanakan dan perintah untuk meninggalkan suatu perkara. Baru yang ketiga, ini jarang diartikan oleh kalangan ketiga, melainkan langsung dibagi menjadi dua; “khal” sekarang dan “mustaqbal” yang akan datang.

Disini Mbah Irfan menyadarkan akan makna “mudlori’” pada penulis, yakni bermakna “samar-samar/remang-remang”. Jadi, mudlori’ itu status yang kita hadapi tidaklah jelas, remang-remang, yang terkadang salah dan terkadang benar dan belum tentu yang kita lakukan sekarang adalah benar menurut kita atau salah menurut kita, hanya allah yang tahu.

Sebuah kesalahan ketika merasa sudah menilai benar untuk diri pribadi dan orang lain di sisi yang salah ketika suatu hal. Dan begitu juga sebaliknya.

Dalam sebuah perjalanan “mudlori’” yang remang-remang perintah “tadlorru’” yang seakar dengan mudlori’ lah yang perlu kita pegang. Itu bermakna “ndepe-ndepe/andap asor”, jadi harus rendah diri pada keremang-remangan perjalanan pada allah semata. Tidak bisa memakai pegangan yang lain.

Tidak ada yang bisa kita katakan jelas pada mudlori’, karena semua hanya pada satu lafadz yang ada dalam al-qur’an, yakni “la’allakum” masih bermakna semoga. Jadi untuk semua hambah allah hanya ada satu lafadz, entah semoga dirahmati, semoga diberi petunjuk, semoga termasuk golongan orang-orang yang bertaqwa, atau semoga-semoga yang lain.

Semoga, dalam ketidakjelasan perjalanan ini, kita termasuk dalam tuntunannya. Amin!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar